Bolehkah Membatalkan Puasa Sunnah Karena Tamu?

by Jhon Lennon 47 views

Guys, pernah nggak sih kalian lagi niat puasa sunnah, eh tiba-tiba ada tamu datang? Pasti langsung bingung kan, gimana tuh enaknya? Nah, banyak banget nih yang nanya, "Bolehkah membatalkan puasa sunnah karena ada tamu?" Pertanyaan ini sering banget muncul, apalagi buat kita yang pengen tetep ngejar pahala puasa sunnah tapi juga nggak mau dianggap nggak sopan sama tamu. Yuk, kita bahas tuntas biar nggak ada lagi keraguan!

Memahami Esensi Puasa Sunnah dan Adab Bertamu

Sebelum kita ngomongin boleh nggaknya membatalkan puasa sunnah karena ada tamu, penting banget buat kita paham dulu apa sih esensi dari puasa sunnah itu sendiri. Puasa sunnah itu kan sifatnya nafilah, alias tambahan. Artinya, hukumnya nggak wajib kayak puasa Ramadan. Kalau dikerjakan, dapat pahala, tapi kalau ditinggalkan, ya nggak dosa. Nah, justru karena sifatnya yang sunnah ini, ada kelonggaran-kelonggaran di dalamnya. Islam itu kan agama yang rahmatan lil 'alamin, selalu menawarkan kemudahan, nggak pernah mempersulit umatnya. Jadi, kalau ada udzur atau halangan yang bikin kita nggak bisa nerusin puasa sunnah, itu wajar kok. Yang penting, niat awalnya udah ada, udah stay di hati buat puasa.

Di sisi lain, ada juga adab bertamu dalam Islam yang juga nggak kalah penting. Menghormati tamu itu udah jadi kewajiban, bahkan Rasulullah SAW sendiri bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah tamunya." (HR. Bukhari & Muslim). Memuliakan tamu itu macam-macam bentuknya, bisa dengan menyambutnya dengan senyum, menawarkan minum, menyuguhkan makanan, atau sekadar ngobrol akrab. Nah, kalau misalnya tamu datang pas kita lagi puasa sunnah, terus kita ngeluh atau kelihatan nggak enak badan karena menahan lapar dan haus, kan jadi nggak enak sama tamunya. Tamunya juga jadi nggak nyaman, malah bisa jadi merasa bersalah udah bikin kita susah. Makanya, dalam kasus ini, ada pertimbangan yang perlu kita lihat.

Jadi, antara menjalankan puasa sunnah dan memuliakan tamu, mana yang lebih prioritas? Sebenarnya, Islam itu ngajarin kita buat menyeimbangkan keduanya. Nggak ada satu pun yang boleh mengorbankan yang lain secara ekstrem. Kalau kita membatalkan puasa sunnah demi menghormati tamu, itu justru menunjukkan pemahaman kita tentang pentingnya adab Islam. Apalagi kalau tamu yang datang itu orang tua, kerabat dekat, atau orang yang punya hajat penting. Menolak tawaran makanan atau minuman karena puasa sunnah bisa jadi dianggap nggak sopan, apalagi kalau mereka udah niat baik buat menjamu kita. Dalam situasi seperti ini, membatalkan puasa sunnah itu justru lebih utama.

Kenapa begitu? Karena puasa sunnah itu fardhu kifayah-nya adalah pahala, tapi menghormati tamu itu adalah fardhu 'ain dalam konteks tertentu, artinya kewajiban yang lebih umum dan kadang lebih mendesak. Membatalkan puasa sunnah demi tamu bukan berarti kita kehilangan pahala puasa. Justru, dengan kita menjaga perasaan tamu dan menunjukkan keramahan, kita juga mendapatkan pahala tersendiri, bahkan mungkin lebih besar. Ingat, Allah Maha Mengetahui niat kita. Selama niat kita tulus buat menghormati tamu, insya Allah akan dicatat sebagai kebaikan.

Dalil dan Pendapat Ulama

Nah, biar makin mantap, yuk kita intip apa kata dalil dan para ulama soal ini. Sebenarnya, nggak ada dalil eksplisit yang nyebutin, "Jangan batalin puasa sunnah kalau ada tamu" atau sebaliknya. Tapi, kita bisa mengambil kaidah-kaidah umum yang ada dalam Al-Qur'an dan Hadits. Salah satu kaidah penting dalam Fiqih adalah dar'ul mafasid muqaddam 'ala jalbil mashalih, yang artinya menolak kemadharatan lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan. Dalam kasus ini, kemadharatannya adalah ketidaknyamanan dan kesan tidak sopan di hadapan tamu. Sementara kemaslahatannya adalah pahala puasa sunnah. Kalau kita paksain puasa tapi jadi nggak nyaman dan bikin tamu nggak nyaman, mendingan dibatalkan. Toh, pahala puasa sunnah masih bisa dikejar di lain waktu.

Banyak juga ulama yang berpendapat bahwa puasa sunnah itu sifatnya lebih fleksibel. Kalau memang ada uzur syar'i atau uzur yang 'urfiy (kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan bisa diterima akal sehat) yang menghalangi, maka membatalkannya itu nggak masalah. Tamu yang datang mendadak dan butuh dijamu dengan baik, itu bisa jadi salah satu uzur yang diterima. Soalnya, menjaga silaturahmi dan hubungan baik dengan sesama manusia juga bagian penting dari ajaran agama kita, guys. Kita nggak mau kan, gara-gara puasa sunnah, malah jadi renggang sama tetangga atau kerabat yang datang?

Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim pernah membahas soal membatalkan puasa sunnah. Beliau bilang, kalau seseorang membatalkan puasa sunnah, maka ia tidak berdosa. Malah, kalau ada alasan yang kuat, itu lebih baik. Begitu juga dengan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau menekankan pentingnya melihat mashlahah (kemaslahatan) yang lebih besar. Kalau membatalkan puasa sunnah itu mendatangkan mashlahah yang lebih besar, seperti menjaga persaudaraan dan kerukunan, maka itu diperbolehkan, bahkan dianjurkan.

Yang perlu ditekankan di sini adalah niat. Kalau kita membatalkan puasa sunnah itu karena terpaksa, karena nggak mau tamunya kecewa atau merasa nggak dihormati, itu beda banget sama niat kalau kita batalin puasa karena nggak kuat, males, atau nggak niat dari awal. Allah tahu kok mana yang tulus dan mana yang nggak. Jadi, jangan sampai kita salah niat ya, guys. Kalaupun nanti ada yang nanya, kita bisa jelasin baik-baik, "Maaf ya, tadi saya lagi puasa sunnah, tapi karena antum sudah datang, saya batalkan demi menghormati antum." Dijamin, tamu bakal lebih dihargai dan kita pun nggak merasa bersalah.

Perlu diingat juga, membatalkan puasa sunnah ini beda sama membatalkan puasa wajib (Ramadan, qadha, atau puasa karena nadzar). Kalau puasa wajib, ada konsekuensi yang harus ditebus, yaitu mengganti puasa tersebut dan membayar kaffarah (jika ada sebab tertentu). Tapi kalau puasa sunnah, cukup diganti di lain waktu. Nggak ada denda-dendaan. Jadi, lebih ringan bebannya.

Kapan Sebaiknya Membatalkan Puasa Sunnah?

Oke, jadi kapan nih momen yang pas buat memutuskan, "Oke deh, batalin aja puasa sunnahnya"? Ini dia beberapa panduannya, guys:

  1. Ketika Tamu Terlihat Sangat Berharap untuk Dijamu: Kalau tamu yang datang itu kelihatan banget udah niat buat menjamu kita, misalnya udah bawa bingkisan, udah nyiapin makanan khusus, atau bahkan mereka yang repot-repot datang ke rumah kita buat ngasih sesuatu, nah, di situ kita harus mikir keras. Menolak suguhan mereka bisa bikin mereka sedih atau kecewa. Dalam kondisi kayak gini, membatalkan puasa sunnah demi menjaga perasaan mereka itu lebih dianjurkan. Kita bisa bilang, "Terima kasih banyak atas kebaikannya, saya minum/makan sedikit ya biar nggak mubazir dan untuk menghormati antum."

  2. Saat Tamu Tersebut Adalah Orang yang Sangat Dihormati: Siapa aja sih yang termasuk orang yang sangat dihormati? Bisa jadi itu orang tua kita, mertua, guru ngaji, atasan di kantor yang penting banget buat hubungan profesional kita, atau tokoh masyarakat yang kita segani. Kalau mereka datang dan menawarkan sesuatu, lalu kita tolak karena puasa, bisa jadi akan menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan merusak hubungan baik. Prioritaskan untuk menjaga hubungan baik dan menghormati mereka dengan cara menerima suguhan mereka, walaupun harus membatalkan puasa sunnah.

  3. Jika Menolak Akan Menimbulkan Prasangka Buruk atau Kesalahpahaman: Kadang, ada kondisi di mana penolakan kita bisa disalahpahami. Misalnya, kalau kita nolak minuman pas lagi tamu datang, takutnya dikira sombong, nggak ramah, atau bahkan nggak bersyukur. Apalagi kalau kita hidup di lingkungan yang sangat menjunjung tinggi adab bertamu. Supaya nggak ada prasangka buruk, lebih baik kita terima suguhan mereka dengan senang hati sambil tetap menjaga niat puasa sunnah dalam hati.

  4. Ketika Menjaga Silaturahmi Lebih Mendesak: Kadang, momen kedatangan tamu itu adalah kesempatan emas buat kita mempererat tali silaturahmi. Kalau dengan menerima suguhan dan membatalkan puasa sunnah bisa membuat hubungan kita makin harmonis, kenapa tidak? Mengutamakan silaturahmi itu juga bagian dari ibadah, lho. Toh, puasa sunnah masih banyak kesempatan lain untuk dilakukan. Jangan sampai gara-gara puasa sunnah, kita kehilangan momen penting untuk menjaga hubungan baik.

  5. Kalau Memang Sudah Tidak Kuat Menahan Lapar/Haus (Udzur Syar'i Tambahan): Meskipun niat awalnya puasa sunnah, tapi kalau ternyata di tengah hari kita merasa sangat lemas, pusing, atau bahkan sampai membahayakan kesehatan, ya nggak dosa kalau mau dibatalkan. Apalagi kalau ditambah ada tamu yang bikin kita harus ekstra energi buat ngobrol dan melayani. Kesehatan itu prioritas. Kalau kita memaksakan diri sampai sakit, nanti malah nggak bisa ngapa-ngapain. Jadi, dalam kondisi seperti ini, membatalkan puasa sunnah itu dibenarkan, baik karena kondisi badan maupun karena ada tamu.

Apa yang Dilakukan Setelah Membatalkan Puasa Sunnah?

Nah, kalau kita udah memutuskan buat batalin puasa sunnah karena ada tamu, terus gimana dong kelanjutannya? Nggak perlu bingung, guys. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan:

  • Tetap Nikmati Suguhan dengan Penuh Syukur: Kalau memang sudah diputuskan batal, ya nikmati aja suguhan dari tamu dengan lapang dada. Ucapkan terima kasih banyak, jangan sungkan. Anggap aja ini rezeki yang datang barengan sama tamu.

  • Ganti Puasa di Hari Lain: Puasa sunnah itu kan sifatnya fleksibel. Jadi, kalau udah batal, jangan lupa dicatat atau diingat-ingat buat diganti di hari lain. Nggak perlu nyesel berlebihan, yang penting niatnya udah ada dan kita berusaha buat menggantinya.

  • Jaga Niat Tetap Lurus: Ingat, niat kita membatalkan puasa itu adalah untuk menghormati tamu, bukan karena males atau nggak kuat. Jadi, kalaupun nanti ada yang nanya, kita bisa jelasin dengan baik-baik. Semoga niat baik kita ini dicatat sebagai pahala oleh Allah SWT.

  • Tetap Lakukan Amalan Baik Lainnya: Walaupun puasa sunnahnya batal, bukan berarti hari itu jadi sia-sia. Kita masih bisa melakukan amalan-amalan baik lainnya, seperti shalat tepat waktu, bersedekah, membantu orang lain, membaca Al-Qur'an, dan lain-lain. Yang penting, terus berusaha jadi pribadi yang lebih baik setiap hari.

Kesimpulan: Fleksibilitas dan Kebaikan dalam Ajaran Islam

Jadi, kesimpulannya, guys, boleh banget kok membatalkan puasa sunnah kalau ada tamu, apalagi kalau tujuannya untuk menghormati mereka dan menjaga hubungan baik. Islam itu agama yang indah, penuh dengan fleksibilitas dan kasih sayang. Nggak ada ajaran yang memaksa kita untuk memilih salah satu antara ibadah mahdlah (seperti puasa) dengan ibadah sosial (seperti menghormati tamu). Semuanya bisa dijalankan dengan bijaksana.

Yang terpenting adalah niat kita yang tulus dan pemahaman kita tentang prioritas. Kalau memang ada situasi di mana menghormati tamu itu lebih mendatangkan mashlahah dan mencegah mafsadah, maka membatalkan puasa sunnah itu adalah pilihan yang bijak. Ingat, Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia nggak akan menyia-nyiakan kebaikan yang kita lakukan, sekecil apapun itu. Jadi, jangan ragu buat berbuat baik, baik itu dalam menjalankan ibadah maupun dalam berinteraksi dengan sesama. Semoga penjelasan ini bermanfaat ya, guys! Selamat menjalankan puasa sunnah dan tetap jadi pribadi yang ramah serta sopan sama siapa pun!